• Short Story : Ulasan Terakhir Ziat

    https://unsplash.com/photos/CKlHKtCJZKk

    Judul        : Ulasan Terakhir Ziat
    Penulis     Nursyafira, Khusna, Rouza, Ibadis, Amelia dan Ayuby


            Abi Buchri memang bukan orang kaya, tapi ia yakin menikahi Zulaiqha adalah ridha-Nya. Takdir Tuhan mempertemukan mereka dalam ikatan suci. Umi Zulaiqha yang hanya seorang ibu rumah tangga mampu membangun setiap tiang kebahagiaan dengan kokoh. Ditambah lagi dengan kehadiran si kecil Ziat Alfatih, semua menjadi lengkap.

    ***

    “Ummi, Ziat ingin sekali sekolah TK, seperti anak-anak lain loh mi....”
    “Iya neuk (panggilan untuk anak), besok Ummi akan antar neuneuk ke sekolah ya.” Zulaiqha menangis. Mungkin Ziat terlalu polos, ia tak tahu Umminya menangis bahagia atau sebaliknya. Yang ia tahu hanya satu! sekolah. Memang di Aceh sekolah TK harus bayar uang bulanan. Tentunya bagi keluarga Buchri, ia harus membanting tulang demi keluarganya.
    Ziat adalah murid yang cerdas, ingatannya sangat tajam, tak sia-sia rasanya perjuangan Buchri selama ini. Bahkan ia mampu menyelesaikan sekolah TK-nya dengan cepat. Ziat memang luar biasa.
    Sementara kini, Ziat melanjutkan sekolahnya di SD Al-Muqaddimah.
    “Ziat, dengar kata-kata Abi ya! Ziat jangan jadi anak yang nakal ya! Patuhi apa yang dikatakan oleh ibu guru ya? Jadilah anak yang shaleh!“
    “Siap Abi! Ziat gak akan nakal, insya Allah Ziat akan jadi anak yang shaleh”.
    “Itu baru anak Abi !” keduanya tersenyum.
    “Dah dulu ya Abi, Ziat mau masuk kelas dulu ni, sepertinya ibu guru dah nunggu,  assalamu’alaikum Abi…”, Pangeran kecil itu berlari menuju kelas.
    “Wa’alaikum salam Wr.Wb “ senyum Buchri berisikan doa untuk Ziat.

    ***
    Sembilan tahun adalah waktu yang singkat bagi Buchri dan Zulaiqha. Perjuangan mereka tak sia-sia. Ziat tumbuh menjadi anak yang berwawasan, disiplin, dan tentunya beretika. Memang benar, agama adalah pembentuk etika manusia. Tanpa agama, selimut kebaikan hanyalah sebuah duplikat kemaksiatan.
    “Ziat mau gak melanjutkan SMA-nya ke tempat Tahfiz Al-Qur’an?” Tanya Abi.
    “Abi! Memangnya di situ diajarkan menghafal Al-Qur’an ya?” jawab Ziat.
    “Iya. Ziat mau gak jadi penghafal Al-quran? karena jika kita dapat menghafal Al-qur’an dengan hati yang ikhlas, maka di hari kiamat kelak kita dapat memasukkan 5 orang yang kita sayangi ke dalam Surga-Nya Allah” jawab Abi Buchri sambil menaikkan alis.
    “Ya Abi! Ziat mau banget, itu kan salah satu ibadah yang besar pahalanya”Ziat sangat bersemangat.
    “Abi senang kalau Ziat mau sekolah di situ” pelukan Buchri menjadi semangat bagi Ziat.

    Esok harinya, Ziat mendapat brosur mengenai sekolah Tahfizh Quran. Ternyata biaya sekolah sangat mahal setiap bulannya, Rp. 1,5 juta perbulannya.

    Jika Ziat pergi ke sekolah ini, Ziat akan menyusahkan Abi dan Ummi. Penghasilan Abi dan Ummi tidak cukup untuk membayar biaya sekolah ini.

    Menatap secarik kertas itu membuat Ziat sedih. Mata berkaca, hampir tumpah air matanya. Jujur saja, ia kecewa karena Abi tidak pernah mengatakan berapa biaya sekolah Tahfizh. Ziat memang anak yang baik, ia tidak ingin merepotkan kedua orangtuanya. Baginya, Abi dan umi adalah segala-galanya.

    “Abi….!!!” panggil Ziat kepada Abi
    “Iya neuk, Abi disini!”jawab Abi. “ditaman belakang”sambung Abi.

    Tap…tap…tap… suara langkah Ziat mendekati Abi,

    “Bi, Ziat gak mau melanjutkan sekolah di sekolah tahfizd qur’an”kata Ziat tiba-tiba
    “Kenapa neuk?”Tanya Abi
    “Pokoknya Ziat gak mau di sekolah tahfizd itu!”jawab Ziat dengan tegas

    Abi Buchri merasa sedih karena niatnya yang tidak tercapai untuk menjadikan Ziat seorang hafiz. Namun, apa boleh buat, Ziat pun tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya, karena Ziat begitu menyayangi Abi dan Umminya.

    ***
    Pagi itu Ziat menemui Pak Zain Malik, kepala SMP nya. Maksud kedatangannya untuk menanyakan sekolah lanjutan mana yang masih memiliki pendidikan dan mutu yang bagus.

    “Bagaimana kalau di sekolah berasrama saja. Memang biayanya cukup terjangkau, tapi sangat jauh dari desa kita ini” saran Pak Zain
    “kira-kira biayanya berapa pak ?”Tanya Ziat
    “sekitar Rp.500.000 perbulan dan itu merupakan sekolah boarding, kamu mau?”Tanya Pak Zain
    “Boleh, Ziat mau pak” seru Ziat

    Ziat pun bergegas pulang untuk menemui Abinya.

    “Assalamualaikum, Abi Abi” seru Ziat memanggil Abinya
    “Iya, kenapa neuk?”kata Abi
    “Abi, Ziat mau sekolah di sekolah boarding ajha. Sekolah boarding ini sudah cukup terkenal sehingga banyak peminatnya, tapi jauh dari desa kita ini.” Kata Ziat
    “Gak pa-pa, kalau Ziat maunya di sekolah itu”kata Abi.

    Tak butuh waktu yang lama, Abi Buchri sudah mendaftarkan Ziat di sekolah boarding yang diinginkan Ziat. Dengan nilai yang bagus, akhirnya Ziat dapat memasuki sekolah boarding itu. Sampai tiba hari pertama Ziat, Ummi dan Abi mengantarkan Ziat ke sekolah boarding itu.

    “Ziat kan! Sekarang tinggal di asrama. Ingat! Jangan lalai, belajar yang rajin, dan jaga diri baik-baik ya neuk. Ummi hanya bisa berdoa untuk Ziat.”kata Ummi haru bercampur sedih.
    “baik Ummi, Ziat gak akan ngecewain Ummi. Ummi jangan sedih” jawab Ziat.
    “Denger tu kata Ummi, Ziat harus jadi anak yang shaleh dan bisa banggain Ummi dan Abii, oke?” kata Abi (hati kecilnya agak sedih karna gak bisa jadikan Ziat jadi Hafidh Quran)
    “ siaaaaaap Abii” jawab Ziat dengan semangat.

    Tak terasa waktu cepat berlalu, sekarang saatnya Ummi dan Abi pulang kembali ke desa. Abi dan Ummi hanya dapat berkunjung sebulan sekali. Saat Abi dan Ummi berkunjung, Ziat meminta sebuah alat perekam video suara, dan Abi menyagupinya.

    ***
    Dua bulan sudah Ziat berada di sekolah boarding itu, rasa penat dan lelah telah ia rasakan dengan jadwal yang agak padat, tapi tak sedikitpun semangat yang memudar untuk menghafal al-qur’an, walaupun sekolah ini bukan sekolah tahfidz. Dengan target 2,5 tahun, dia harus sudah khatam menghafal al-qur’an. Maka itu, setiap harinya Ziat menambah 10 ayat di pagi hari dan mengulangnya di sore hari. Tak lupa pula di rekam, agar suatu saat nanti Abi dapat mendengar hafalannya ini.
    Kegiatan ini selalu rutin Ziat lakukan, sampai akhir dia berada di bangku sekolah boarding ini. Seminggu sebelum UN dilaksanakan, Ziat sudah mengkhatamkan hafalan al-qur’annya, hingga beberapa helai rambutnya mulai memutih. Subhanallah, hanya Allah yang tau niat tulusnya menghafal al-quran.

    ***
    Sebulan kemudian, hasil UN sudah keluar. Alhamdulillah Ziat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dan sukses membuat Abi dan Umminya bangga akan dia. Ziat bergegas pulang ke desa menggunakan mobil L-300, berbekal ilmu yang dipelajari dan hafalan qur’annya, Ziat begitu ingin mengabari Abi dan Ummi.
    Namun, takdir berkata lain, hanya Allah yang tau, mobil L-300 yang  ditumpangi Ziat mengalami kecelakaan. Banyak korban yang meninggal dunia, tak sedikit yang selamat, begitupun dengan Ziat, ia sedang dalam keadaan kritis. Berita itu begitu cepat tersampaikan kepada Abi dan Ummi, tak butuh waktu yang lama Abi dan Ummi sudah sampai di rumah sakit, tempat Ziat dirawat. Melihat Ziat terbaring lemah tak berdaya diatas ranjang rumah sakit, membuat Abi dan Ummi tak kuasa menahan tangisannya.

    ***
    Hari ini, entah kenapa Ziat merasakan kegelisahan yang luar biasa. Seakan-akan membuatnya begitu jauh dengan Abi dan Ummi. Rasa sakit akibat kecelakaan itu pun tak lekas pulih, malah makin bertambah sakit. Ziat takut, takut akan janji yang tak bisa ia penuhi kepada orang tuanya dan dirinya sendiri. Dengan tenaga yang masih ada Ziat meminta tolong kepada Ummi untuk mengambilkan al-qur’an, secarik kertas, bolpoin, dan juga alat perekam suara.
    Malam itu, Ziat merasakan perasaan yang terombang-ambing. Disaat semua orang sudah terlelap, dia mulai menulis sebuah surat buat Abi dan Umminya.

    Assalamu’alaikum,
    Abi dan Ummi…
    Maafkan Ziat, Ziat sudah tidak kuat lagi. Mungkin esok hari kita tidak dapat bersama-sama lagi, bisa jadi malaikat maut akan datang untuk menjemput Ziat pada malam ini juga. Ziat sangat bahagia! Sangat, sangat bahagia punya orang tua seperti Abi dan Ummi. Yang telah mendidik Ziat dengan sangaaaat baik.
    Ziat cuma ingin mengatakan, bahwa … Alhamdulillah, dengan izin Allah, Ziat sudah mengkhatamkan hafalan Ziat. Jikalau Abi kurang yakin, Maka Abi bisa melihat video suara hafalan Ziat selama ini, pada alat perekam yang telah Abi belikan untuk Ziat. Semua itu Ziat lakukan ikhlas karna Allah SWT dan semata-mata ingin memasukkan Abi dan Ummi ke dalam surga-Nya Allah
    Abi,, Ummi,,
    Maafkan Ziat, Allah begitu menyayangi Ziat hingga Allah duluan menjemput Ziat daripada Abi dan Ummi. Rencana Allah itu emang lebih baik, Ziat menunggu Abi dan Ummi di sana, sampai jumpa Abi dan Ummi. Jangan bersedih yaa! Ziat sayang kalian.
    Wassalam
    Ziat Alfatih

    Dengan keyakinan yang kuat dan al-qur’an didada beserta secarik surat dan juga alat perekam, akhirnya Ziat menghembuskan nafas terakhir dengan mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyadu anna muhammadar rasulullah, tanpa seorangpun yang tau.
       Paginya, Abi dan Ummi melihat Ziat yang tersenyum hangat sambil mendekap al-qur’an, secarik surat dan sebuah alat perekam. Dengan perasaan yang sedih dan penuh duka, Abi dan Ummi membaca surat yang dituliskan. Air mata yang telah terbendung, tumpah dengan sendirinya. Mereka sangat bersyukur Allah pernah menitipkan sebuah permata yang begitu indah kepada mereka. Abinya pun tak menyangka Ziat menghafal al quran.

    ***
       Setiap harinya, Ummi dan Abi tidak pernah lupa untuk mengawali hari mereka dengan melihat dan mendengar hafalan qur’an Ziat. Ziat emang tidak akan pernah terlupakan bagi Abi dan Ummi. Ziat begitu menyayangi Abi dan Ummi, begitu juga Allah. Beberapa bulan kemudian, Allah telah menitipkan sebuah permata yang masih begitu kecil yang belum terjangkau dan memerlukan waktu untuk menjadikannya indah.
  • 0 comments:

    Posting Komentar

    GET A FREE QUOTE NOW

    Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (HR Ahmad).

    ADDRESS

    16116, Bogor, Indonesia

    EMAIL

    mrizalayuby@gmail.com

    TELEPHONE

    0822-7636-3872

    MOBILE

    0822-7636-3872